- Kolaborasi Gemala Group - ECE Memperkuat Budaya hingga Hubungan Bisnis antara Turki & ASEAN
- TurkIndoCham Business Tour pada Event Colors of the World di Istanbul, Turki
- Utusan Presiden RI, Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus, di Roma
- Gempa Guncang Turki 6,2 Magnetudo
- Pimpinan Umat Katolik, Tutup Usia
- Profesor Sinan Yegul, diangkat Sebagai Wakil Presiden Bidang Hubungan Internasional, ASEAN Internasi
- Presiden Prabowo Mengaku Grogi saat Pidato di Depan Parlemen Turki
- Anindya Bakrie: KADIN Indonesia, Tergetkan Perdagangan Indonesia-Turki Mencapai 10 Miliar Dolar AS
- Usai Lawatan di Abu Dhabi, Presiden Prabowo Bertolak ke Ankara
- Prabowo: Indonesia Siap Evakuasi 1000 Warga Palestina ke Indonesia
Breaking news, Fethullah Gulan tutup usia

Fethullah Gulen musuh bebuyutan Erdogan tutup usia.
Ulama muslim Amerika asal Turkiye, Fethullah Gulen yang menurut pihak Ankara berada di balik skenario kudeta gagal pada 2016 silam terhadap Presiden Erdogan. Menurut media Turkiye dan situsweb Fethullah Gulen dikabarkan meninggal pada usia 83 tahun.
Jakarta - Herkul, situsweb yang menerbitkan khotbah -khotbah Gulen mengatakan di akun X nya pada senin (21/10) bahwa Fethullah Gulen telah tutup usia diumur 83 tahun pada ahad malam di rumah sakit, AAmerika Serikat.
Baca Lainnya :
- Mengenali sosok orang nomor satu di Turkiye.0
- Buku berjudul 10 Negara 1 Visi karya CEO TurkIndoCham dan TurkAseanCham0
- Presiden gelar pertemuan dengan sejumlah tamu Pimpinan Negara dan utusan khusus0
- Pimpinan Pusat Muhamadiyah membuka seleksi beasiswa ke Libya 0
- Film Venom the Last Dance akan segera tayang 0
Gulen tinggal di pengasingan di AS sejak 1999, dan telah membantah keterlibatan apa pun dalam upaya kudeta Turki yang menewaskan sedikitnya 250 orang.
Gerakan Gulen - yang dikenal sebagai "Hizmet" yang berarti "layanan" dalam bahasa Turki - berusaha menyebarkan Islam moderat yang mempromosikan pendidikan gaya Barat, pasar bebas, dan komunikasi antaragama.
Sejak kudeta yang gagal di Turki, gerakan Gulen telah dibubarkan secara sistematis di Turki oleh Erdogan, dan pengaruhnya telah menurun di kancah global.
Ulama berbasis di Amerika Serikat, Fethullah Gulen, yang membangun gerakan Islam yang kuat di Turkiye dan di luar negeri, namun menghabiskan tahun-tahun terakhirnya dengan tuduhan mengatur upaya kudeta terhadap pemimpin Turkiye Tayyip Erdogan, meninggal dunia di usia 83 tahun.
Herkul, sebuah situs yang menerbitkan khotbah-khotbah Gulen, menyatakan di akun X mereka bahwa Gulen meninggal pada Minggu malam di sebuah rumah sakit AS tempat dia dirawat.
Gulen dulunya adalah sekutu Erdogan, tetapi hubungan mereka berakhir dengan buruk. Erdogan menuduhnya bertanggung jawab atas upaya kudeta tahun 2016 di mana tentara pembelot menggunakan pesawat tempur, tank, dan helikopter. Sekitar 250 orang tewas dalam upaya perebutan kekuasaan tersebut.
Gulen, yang hidup dalam pengasingan di AS sejak 1999, membantah terlibat dalam kudeta itu, namun gerakannya dinyatakan sebagai kelompok teroris oleh Turkiye.
Menteri Luar Negeri Hakan Fidan mengonfirmasi kematian Gulen, menggambarkannya sebagai pemimpin “organisasi gelap” dan mengatakan bahwa perjuangan Turkiye melawan kelompok tersebut akan terus berlanjut.
“Tekad bangsa kita dalam memerangi terorisme akan terus berlanjut, dan berita kematiannya tidak akan membuat kita lengah,” kata Fidan dalam konferensi pers.
Menurut para pengikutnya, gerakan Gulen—yang dikenal sebagai “Hizmet”, yang berarti “pelayanan” dalam bahasa Turkiye—berupaya menyebarkan Islam moderat yang mendukung pendidikan gaya Barat, pasar bebas, dan komunikasi antar-agama.
Sejak kudeta gagal, gerakannya secara sistematis dibongkar di Turkiye dan pengaruh internasionalnya menurun.
Dikenal oleh para pengikutnya sebagai Hodjaefendi, atau guru yang dihormati, Gulen lahir di sebuah desa di provinsi Erzurum, Turki timur, pada tahun 1941. Anak seorang imam, atau pendakwah Islam, ia belajar Al-Quran sejak kecil.
Pada tahun 1959, Gulen diangkat sebagai imam masjid di kota Edirne, Turki barat laut, dan menjadi terkenal sebagai pendakwah pada 1960-an di provinsi Izmir, Turki barat, tempat ia mendirikan asrama pelajar dan pergi ke rumah-rumah teh untuk berceramah.
Rumah-rumah pelajar ini menjadi awal dari jaringan informal yang akan berkembang dalam dekade-dekade berikutnya melalui pendidikan, bisnis, media, dan lembaga-lembaga negara.
Pengaruhnya juga meluas ke luar perbatasan Turkiye, mencapai republik-republik Turkik di Asia Tengah, Balkan, Afrika, dan Barat melalui jaringan sekolah-sekolah.
