Meksiko, Dinyatakan Negara Paling Berbahaya Bagi Jurnalis

Keterangan Gambar : Ilustrasi, Foto rekan-rekan jurnalis yang dibunuh di samping bendera nasional Meksiko di Buenos Aires tahun 2021. Reuters/Marcos Brindicci
Jakarta - Kekerasan terhadap jurnalis kerap terjadi pada saat bertugas maupun diluar tugas. Wartawan diintimidasi, diteror hingga mengalami kekerasan fisik tersebut menjadi peringatan penting ditengah menuntunnya indeks kemerdekaan pers dan ekosistem media yang tidak baik-baik saja.
Reporters Without Borders (RSF), menobatkan Meksiko, sebagai salah satu negara paling berbahaya bagi keberadaan jurnalis dalam laporannya tahun 2024 yang dirilis pada hari Kamis (2/1).
Baca Lainnya :
- Turkiye Turut Berduka atas Teror Mematikan di New Orleans0
- 7 Orang Tewas dalam Penembakan Massal di Montenegro0
- 10 Tewas dalam Insiden Mobil Tabrak Kerumunan di New Orleans0
- Saudi Borong Jet Tempur Turkiye 0
- Pada 2024, Turkiye Berhasil Menarik Banyak Investor Dalam Berbagai Sektor 0
Organisasi hak asasi manusia internasional mencatat bahwa Meksiko merupakan salah satu negara paling berbahaya bagi wartawan diluar zona perang. Dari seluruh kasus kekerasan yang dialami wartawan tercatat mencapai 30 persen wartawan dinyatakan tewas atau hilang secara global dalam satu dekade terahir. Hal tersebut membuat citra negara yang di sebut El Tri masuk nominasi 'negara paling berbahaya bagi jurnalis'.
Dalam laporan akhir tahun 2024, tercatat ada lima jurnalis terbunuh di Meksiko, menempatkannya di peringkat tiga besar tempat paling kejam dalam bidang jurnalisme, setelah Palestina dan Pakistan.
Pada tahun 2022 ketika Meksiko menyaksikan pembunuhan sebanyak 15 jurnalis. Rasa ketidakamanan para pekerja buruh tinta, seperti aksi teror penghilangan paksa masih menjadi ancaman yang menghantui para insan media, meskipun terjadi penurunan kekerasan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Hampir seratus wartawan saat ini hilang di seluruh dunia, dan lebih dari seperempatnya telah menghilang dalam 10 tahun terakhir. Meksiko merupakan negara paling berbahaya, yang bertanggung jawab atas lebih dari 30% dari semua kasus wartawan yang hilang," kata laporan Reporters Without Borders tersebut.
Meksiko dilaporkan lebih dari 116.000 kasus penghilangan paksa sejak tahun 1964, ketika pemerintah mulai mendokumentasikan kejahatan kriminal tersebut.
Sejak saat itu, tindakan penghilangan paksa disukai oleh kelompok kriminal maupun badan keamanan negara yang ingin membungkam awak media. Dalam enam tahun terakhir, satu orang hilang di Meksiko setiap jam.
