- Indonesia-Turki Teken MoU Pengadaan Jet Tempur generasi ke-5 Turki
- Kolaborasi Gemala Group - ECE Memperkuat Budaya hingga Hubungan Bisnis antara Turki & ASEAN
- TurkIndoCham Business Tour pada Event Colors of the World di Istanbul, Turki
- Utusan Presiden RI, Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus, di Roma
- Gempa Guncang Turki 6,2 Magnetudo
- Pimpinan Umat Katolik, Tutup Usia
- Profesor Sinan Yegul, diangkat Sebagai Wakil Presiden Bidang Hubungan Internasional, ASEAN Internasi
- Presiden Prabowo Mengaku Grogi saat Pidato di Depan Parlemen Turki
- Anindya Bakrie: KADIN Indonesia, Tergetkan Perdagangan Indonesia-Turki Mencapai 10 Miliar Dolar AS
- Usai Lawatan di Abu Dhabi, Presiden Prabowo Bertolak ke Ankara
Jurnalis Prancis: Israel secara brutal menahan dan menginterogasi

Keterangan Gambar : Ilustrasi
Jakarta - Lagi, kembali terulang penindasan terhadap wartawan yang sedang bertugas melakukan peliputan.
Kali ini korban intimidasi dan kekerasan terjadi pada, Sylvain Mercadiernseorang jurnalis Prancis yang ditahan oleh tentara Israel di wilayah Suriah, menceritakan pengalamannya dipukuli dan diinterogasi secara brutal oleh tentara Israel.
Baca Lainnya :
- Kantor Berita Turkiye, Anadolu Agency Bongkar Ruang Tahanan rezim Bashar Al Assad 0
- Israel diperingati Was was Perang Dengan Turkiye 0
- Trump Puji Kepemimpinan Erdogan dan Peran Turkiye di Suriah0
- Turkish Airlines Melayani 83,4 juta Penumpang dalam Penerbangan di Tahun 20240
- Indonesia dan Qatar Teken MoU Pengembangan Proyek Hunian 1 Juta Unit0
Mercadier, yang ditahan bersama aktivis dan pengacara Suriah Muhammed Fayyad, berbicara kepada Anadolu tentang insiden yang terjadi saat mereka bekerja di desa Hamidiye.
"Selama empat jam, kami dipaksa duduk di tanah dengan posisi bersila dan tangan di belakang punggung. Kami diperlakukan buruk, dihina, dan dipermalukan oleh tentara," imbuhnya.
Dia mengatakan bahwa setelah tentara Israel berusaha menyita komputer mereka, mereka ditahan secara “brutal” dengan tangan diborgol di belakang punggung dan mulut disumpal.
Mercadier menceritakan dirinya dibawa ke sebuah bangunan yang diubah menjadi pangkalan militer oleh tentara Israel di Dataran Tinggi Golan yang diduduki.
"Selama empat jam, kami dipaksa duduk di tanah dengan posisi bersila dan tangan di belakang punggung. Kami dianiaya, dihina, dan dipermalukan oleh para tentara," katanya.
Ia mengatakan mereka sering diinterogasi, diintimidasi, dan mengalami penghinaan berulang kali.
"Kami diinterogasi berkali-kali, diintimidasi, dan diancam. Saya dilempar ke tanah dan dipukuli karena saya menolak bekerja sama dengan tentara dengan membuka kunci ponsel saya," tambahnya.
Setelah diinterogasi, Mercadier mengatakan mereka dibawa ke desa lain dan dibebaskan. Namun, ia mencatat bahwa kartu SIM, telepon, kamera, dan kartu memori mereka tidak dikembalikan.
“Saya kehilangan perlengkapan yang dibutuhkan untuk bekerja,” tambahnya.
Tentara Israel menahan Mercadier dan Fayyad di wilayah Quneitra, Suriah pada 8 Desember 2024 dan mengklaim bahwa setelah diinterogasi, keduanya dibebaskan bersama barang-barang pribadi mereka.
Serangan Israel dan pendudukan Suriah
Menyusul bentrokan hebat di Suriah pada 27 November dan runtuhnya rezim Baath yang berusia 61 tahun pada 8 Desember, serangan militer Israel terhadap negara itu meningkat.
Tentara Israel memperluas pendudukannya di Dataran Tinggi Golan, maju hingga jarak 25 kilometer (15,5 mil) dari Damaskus.
Israel telah menduduki Dataran Tinggi Golan Suriah sejak 1967, dan Perjanjian Pelepasan tahun 1974 antara Israel dan Suriah menetapkan batas-batas zona demiliterisasi.
